EKSTRAKSI
PELARUT PADAT-CAIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legum
dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di
Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara
perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun
kecil (Kacang Tanah, 2012).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut dengan pelarut cair. Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi
pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan populer. Alasan utama adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat makro ataupun mikro (Khopkar, 2008, hal: 90).
Berdasarkan uraian di atas, maka
pembahasan berikut akan membahas tentang cara mengekstraksi pelarut padat-cair.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1.
Bagaimana cara pemisahan dengan metode
ekstraksi soxhlet?
2.
Bagaimana menentukan kadar minyak dalam
sampel dengan metode ekstraksi soxhlet?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui cara pemisahan dengan metode
ekstraksi soxhlet.
2.
Menentukan kadar lemak dalam sampel
dengan metode ekstraksi soxhlet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi pelarut menyangkut
distribusi suatu zat terlarut diantara dua fase cair yang tidak saling
bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan
bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat
digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis
kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif
dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium (Alimin,
2007, hal: 51).
Beberapa cara dapat
mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasi
berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi, akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih
ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung pada mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat (Khopkar, 2008, hal: 91-92).
Golongan ekstraksi berikutnya
dikenal dengan ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke
fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies
netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fase organik, sedangkan kategori
terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama yang digunakan menyatakan adanya efek
saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi. Setelah pengulangan mekanisme ekstraksi, ekstraksi
keseimbangan dan teknik ekstraksi akan mengulangi penerapan destruksi pelarut
dalam kimia analitik pada tiap-tiap kelas ekstraksi (Khopkar, 2008, hal: 92).
Menurut Khopkar (2008, hal: 92),
proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu:
1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan
yang merupakan golongan ekstraksi dengan tahap paling penting dalam ekstraksi.
Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terekstraksi sehingga mutlak
kompleks diekstraksi harus tanpa muatan. Kompleks tak bermuatan dapat dibentuk
melalui proses pembentukan khelat (yaitu khelat netral), solvasi atau
pembentukan pasangan ion.
2. Distribusi dari kompleks yang
terekstraksi.
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase
organik
Bila suatu zat terlarut membagi
diri antara dua cairan yang tidak dapat bercampur, ada suatu hubungan yang
pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan.
Nersnt pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum
distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya
antara dua cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding
konsentrasi rendah. Banyak ion yang disolvasikan oleh air dan energi solvasi
itu disumbangkan untuk merusak isi kristal garam, lagi pula dibutuhkan kerja
yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam
pelarut dielektrik tinggi, kemudian diperlukan terbentuknya suatu spesies yang
tak bermuatan jika suatu ion harus diekstrak dari dalam air dalam suatu pelarut
organik (Pudjaatmaka, 1989, hal: 471-472).
Ekstraksi pelarut sering
digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan tapi juga untuk
analisis kuantitatif, untuk analisis kuantitatif memerlukan pengkhelat (ligan)
sebagai ekstraktan yang menghasilkan kompleks berwarna pada fase organik dan
dapat langsung diukur (Khopkar, 2008, hal: 108).
Zat yang diuji dapat dengan mudah
dipekatkan dalam penggunaan sejumlah kecil pelarut organik. Kepekaan semakin
meningkat bila zat yang ditentukan berada dalam fase organik. Ekstraksi pelarut
menyangkut distribusi pelarut di mana dua fase cair yang tidak bercampur
(Alimin, 2007, hal: 70).
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang
selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel
disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam
wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut
terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya
mengekstraksi sampel (Ekstraksi Soxhlet, 2012).
Bahan yang digunakan dalam
ekstraksi pelarut padat cair dengan menggunakan ekstraksi soxhlet yaitu
kloroform sebagai pelarut cair, sedangkan kacang tanah sebagai sampel padat.Kloroform adalah nama umum untuk
triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai
bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai
pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa
cairan,
namun mudah menguap (Kloroform, 2012).
Kacang
tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan
kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan
kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya,
mempunyai rasa
yang manis.
Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan
level trigliserida,
dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan
dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol
dari hati,
serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin
yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan
bakteri tuberculosis (Kacang Tanah, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/
Tanggal : Kamis/ 19 April 2012
Pukul : 13.30 – 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia
Analitik, Lantai I, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Rangkaian soxhlet 1
buah
b. Alat destilasi 1 buah
c. Neraca analitik 1 buah
d. Labu pemanas 1
buah
e. Pemanas listrik 1
buah
f. Blender 1
buah
g. Pengaduk 1 buah
h. Botol semprot 1 buah
2.
Bahan
a. Aquades (H2O) 300 mL
b. Benang
c. Kapas
d. Kertas saring
e. Kloroform (CHCl3) 150 mL
f. Sampel kacang tanah 50 gr
g. Tissue
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada percobaan ini adalah:
1.
Menghaluskan butiran kacang tanah
dengan menggunakan blender kemudian menimbang sebanyak 50 gr.
2.
Memindahkan kacang tanah yang telah
dihaluskan secara hati-hati ke dalam selongsong yang diberi kapas pada kedua
sisinya lalu mengikat dengan benang.
3.
Mengisi labu pemanas dengan kloroform
sebanyak 150 mL dan menaruh batu didih di dalam labu pemanas. Memanaskan labu
sedemikian rupa sehingga petroleum eter akan mendidih secara sempurna.
Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
4.
Mengekstraksi kacang tanah selama 3
kali sirkulasi. Setelah selesai, memasang labu yang berisi kloroform ke alat
rotasi evaporator dan menguapkan sampai seluruh kloroform hilang.
5.
Membersihkan bagian luar labu dengan
tissue, kemudian menimbang labu tersebut dengan minyak/ lemak di dalamnya,
mengukur volume minyak yang diperoleh.
6.
Menentukan kadar lemak dalam % dan
menghitung berat jenisnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berat
aluminium foil =
1,5644 gr (a)
Berat aluminium foil + kacang tanah = 51,5580 gr (b)
Berat kacang tanah (sampel) = (b - a)
=
51,5580 gr – 1,5644 gr
=
49,9936 gr
Berat
labu pemanas + batu didih =
264,5 gr (c)
Berat
minyak + labu pemanas + batu didih =
278,3 gr (d)
Berat
minyak =
(d – c)
=
278,3 gr – 264,5 gr
=
13,8 gr
Titik didih kloroform = 61,2oC
Suhu kloroform saat mendidih = 60oC
B.
Analisis
Data


=
27,60 %
C.
Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu untuk
mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dan menentukan kadar
minyak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet. Dalam hal ini, kacang tanah
yang dijadikan sebagai sampel padat yang akan diekstraksi dengan pelarut cair
yaitu kloroform. Kacang tanah diblender sampai halus kemudian ditimbang
sebanyak 49,9936 gr yang berfungsi sebagai berat sampel, lalu kacang tanah
dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibuat selongsong dan diberi kapas pada
kedua sisinya yang berfungsi agar pada saat ekstraksi serbuk kacang tanah tidak
ikut keluar bersama dengan minyak. Setelah itu mengisi labu pemanas dengan
kloroform sebanyak 150 mL yang berfungsi sebagai pelarut cair yang mudah
menguap untuk mengekstraksi kacang tanah dan di dalam labu pemanas diberi batu
didih yang berfungsi untuk menyerap panas agar tidak terjadi bumping pada saat pemanasan. Selanjutnya
mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor yang berfungsi ketika kloroform
menguap dan mengenai dinding kondensor, maka kloroform akan masuk kembali ke
dalam labu pemanas bersama minyak kacang tanah. Mengekstraksi kacang tanah
selama 3 kali sirkulasi, selanjutnya memasang labu pemanas yang berisi campuran
minyak kacang tanah dan kloroform ke alat evaporator
yang berfungsi untuk menguapkan kloroform sampai suhu tertentu sehingga ketika
semua kloroform hilang, hanya minyak kacang tanah yang terdapat pada labu
pemanas. Selanjutnya membersihkan bagian luar labu pemanas dengan menggunakan
tissue lalu menimbang berat labu pemanas yang berisi minyak yang berfungsi
untuk mengetahui berat minyak yang diperoleh ketika ekstraksi dengan metode
ekstraksi soxhlet.
Berdasarkan data di atas, kadar
minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi pelarut padat cair dengan
metode ekstraksi soxhlet yaitu sebanyak 27,60%. Dalam hal ini persen kadar yang
diperoleh sangat sedikit karena pada saat mengekstraksi hanya 3 kali sirkulasi
yang seharusnya ekstraksi dilakukan paling sedikit sebanyak 6 kali sirkulasi
atau selama kurang lebih 2 jam agar hasil minyak kacang tanah yang diperoleh
dari ekstraksi soxhlet memiliki persen yang lebih tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini
adalah:
1. Mengetahui cara pemisahan dengan metode
ekstraksi soxhlet yaitu dengan merangkai alat ekstraksi lalu memasukkan pelarut
ke labu pemanas dan mengisi zat padat pada selongsong yang selanjutnya
diekstraksi sampai menghasilkan minyak.
2. Kadar minyak dalam sampel kacang tanah
yang diperoleh dari metode ekstraksi soxhlet sebanyak 27,60%.
B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah
sebaiknya dapat mengganti pelarut kloroform dengan pelarut benzena yang
volumenya sama agar dapat membandingkan seberapa banyak minyak yang diperoleh
dari pelarut kloroform atau benzena.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Ekstraksi
Soxhlet. 2009. http://catatankimia.com/diakses
pada tanggal 20 April 2012.
Kacang Tanah. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses
pada tanggal 20 April 2012.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.
Kloroform. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses
pada tanggal 20 April 2012.
Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar