Rabu, 01 Januari 2014

LAPORAN EKSTRAKSI PELARUT


EKSTRAKSI PELARUT PADAT-CAIR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
               Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil (Kacang Tanah, 2012).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utama adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro (Khopkar, 2008, hal: 90).
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara mengekstraksi pelarut padat-cair.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1.      Bagaimana cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet?
2.      Bagaimana menentukan kadar minyak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet?
C.    Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.
2.      Menentukan kadar lemak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
               Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium (Alimin, 2007, hal: 51).
               Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi, akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung pada mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat (Khopkar, 2008, hal: 91-92).
               Golongan ekstraksi berikutnya dikenal dengan ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fase organik, sedangkan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi. Setelah pengulangan mekanisme ekstraksi, ekstraksi keseimbangan dan teknik ekstraksi akan mengulangi penerapan destruksi pelarut dalam kimia analitik pada tiap-tiap kelas ekstraksi (Khopkar, 2008, hal: 92).
               Menurut Khopkar (2008, hal: 92), proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu:
1.      Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi dengan tahap paling penting dalam ekstraksi. Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terekstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tanpa muatan. Kompleks tak bermuatan dapat dibentuk melalui proses pembentukan khelat (yaitu khelat netral), solvasi atau pembentukan pasangan ion.
2.      Distribusi dari kompleks yang terekstraksi.
3.      Interaksinya yang mungkin dalam fase organik  
               Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat bercampur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nersnt pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi rendah. Banyak ion yang disolvasikan oleh air dan energi solvasi itu disumbangkan untuk merusak isi kristal garam, lagi pula dibutuhkan kerja yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam pelarut dielektrik tinggi, kemudian diperlukan terbentuknya suatu spesies yang tak bermuatan jika suatu ion harus diekstrak dari dalam air dalam suatu pelarut organik (Pudjaatmaka, 1989, hal: 471-472).
               Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan tapi juga untuk analisis kuantitatif, untuk analisis kuantitatif memerlukan pengkhelat (ligan) sebagai ekstraktan yang menghasilkan kompleks berwarna pada fase organik dan dapat langsung diukur (Khopkar, 2008, hal: 108).
               Zat yang diuji dapat dengan mudah dipekatkan dalam penggunaan sejumlah kecil pelarut organik. Kepekaan semakin meningkat bila zat yang ditentukan berada dalam fase organik. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi pelarut di mana dua fase cair yang tidak bercampur (Alimin, 2007, hal: 70).
               Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel (Ekstraksi Soxhlet, 2012).
               Bahan yang digunakan dalam ekstraksi pelarut padat cair dengan menggunakan ekstraksi soxhlet yaitu kloroform sebagai pelarut cair, sedangkan kacang tanah sebagai sampel padat.Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap (Kloroform, 2012).
            Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya, mempunyai rasa yang manis. Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan bakteri tuberculosis (Kacang Tanah, 2012).

              

              






BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal  : Kamis/ 19 April 2012
Pukul               : 13.30 – 17.00 WITA
Tempat                        : Laboratorium Kimia Analitik, Lantai I, Universitas   Islam  Negeri Alauddin Makassar
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Rangkaian soxhlet                                                1 buah
b.      Alat destilasi                                             1 buah
c.       Neraca analitik                                          1 buah
d.       Labu pemanas                                          1 buah
e.       Pemanas listrik                                          1 buah
f.       Blender                                                     1 buah
g.      Pengaduk                                                  1 buah
h.      Botol semprot                                           1 buah
2.                  Bahan
a.       Aquades (H2O) 300 mL
b.      Benang
c.       Kapas
d.      Kertas saring
e.       Kloroform (CHCl3) 150 mL
f.       Sampel kacang tanah 50 gr
g.      Tissue
C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Menghaluskan butiran kacang tanah dengan menggunakan blender kemudian menimbang sebanyak 50 gr.
2.      Memindahkan kacang tanah yang telah dihaluskan secara hati-hati ke dalam selongsong yang diberi kapas pada kedua sisinya lalu mengikat dengan benang.
3.      Mengisi labu pemanas dengan kloroform sebanyak 150 mL dan menaruh batu didih di dalam labu pemanas. Memanaskan labu sedemikian rupa sehingga petroleum eter akan mendidih secara sempurna. Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
4.      Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi. Setelah selesai, memasang labu yang berisi kloroform ke alat rotasi evaporator dan menguapkan sampai seluruh kloroform hilang.
5.      Membersihkan bagian luar labu dengan tissue, kemudian menimbang labu tersebut dengan minyak/ lemak di dalamnya, mengukur volume minyak yang diperoleh.
6.      Menentukan kadar lemak dalam % dan menghitung berat jenisnya.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Berat aluminium foil                                       = 1,5644 gr                              (a)
Berat aluminium foil + kacang tanah              = 51,5580 gr                            (b)
Berat kacang tanah (sampel)                           =  (b - a)
                                                                        = 51,5580 gr – 1,5644 gr
                                                                        = 49,9936 gr
Berat labu pemanas + batu didih                                = 264,5 gr                                (c)
Berat minyak + labu pemanas + batu didih    = 278,3 gr                                (d)
Berat minyak                                                   = (d – c)
                                                                        = 278,3 gr – 264,5 gr
                                                                        = 13,8 gr                                 
Titik didih kloroform                                      = 61,2oC         
Suhu kloroform saat mendidih                                   = 60oC
B.     Analisis Data



                                     = 27,60 %

C.     Pembahasan
               Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dan menentukan kadar minyak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet. Dalam hal ini, kacang tanah yang dijadikan sebagai sampel padat yang akan diekstraksi dengan pelarut cair yaitu kloroform. Kacang tanah diblender sampai halus kemudian ditimbang sebanyak 49,9936 gr yang berfungsi sebagai berat sampel, lalu kacang tanah dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibuat selongsong dan diberi kapas pada kedua sisinya yang berfungsi agar pada saat ekstraksi serbuk kacang tanah tidak ikut keluar bersama dengan minyak. Setelah itu mengisi labu pemanas dengan kloroform sebanyak 150 mL yang berfungsi sebagai pelarut cair yang mudah menguap untuk mengekstraksi kacang tanah dan di dalam labu pemanas diberi batu didih yang berfungsi untuk menyerap panas agar tidak terjadi bumping pada saat pemanasan. Selanjutnya mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor yang berfungsi ketika kloroform menguap dan mengenai dinding kondensor, maka kloroform akan masuk kembali ke dalam labu pemanas bersama minyak kacang tanah. Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi, selanjutnya memasang labu pemanas yang berisi campuran minyak kacang tanah dan kloroform ke alat evaporator yang berfungsi untuk menguapkan kloroform sampai suhu tertentu sehingga ketika semua kloroform hilang, hanya minyak kacang tanah yang terdapat pada labu pemanas. Selanjutnya membersihkan bagian luar labu pemanas dengan menggunakan tissue lalu menimbang berat labu pemanas yang berisi minyak yang berfungsi untuk mengetahui berat minyak yang diperoleh ketika ekstraksi dengan metode ekstraksi soxhlet.
               Berdasarkan data di atas, kadar minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi pelarut padat cair dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu sebanyak 27,60%. Dalam hal ini persen kadar yang diperoleh sangat sedikit karena pada saat mengekstraksi hanya 3 kali sirkulasi yang seharusnya ekstraksi dilakukan paling sedikit sebanyak 6 kali sirkulasi atau selama kurang lebih 2 jam agar hasil minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet memiliki persen yang lebih tinggi.




BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
               Kesimpulan pada percobaan ini adalah:
1.      Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu dengan merangkai alat ekstraksi lalu memasukkan pelarut ke labu pemanas dan mengisi zat padat pada selongsong yang selanjutnya diekstraksi sampai menghasilkan minyak.
2.      Kadar minyak dalam sampel kacang tanah yang diperoleh dari metode ekstraksi soxhlet sebanyak 27,60%.
B.     Saran
               Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya dapat mengganti pelarut kloroform dengan pelarut benzena yang volumenya sama agar dapat membandingkan seberapa banyak minyak yang diperoleh dari pelarut kloroform atau benzena.


DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.

Ekstraksi Soxhlet. 2009. http://catatankimia.com/diakses pada tanggal 20 April 2012.
Kacang Tanah. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.
Kloroform. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012.
Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 1989.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar